Selasa, 03 Januari 2012

28. Tersebarnya Kebakhilan dan Kekikiran

TANDA-TANDA KECIL KIAMAT

Oleh
Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil

28. TERSEBARNYA KEBAKHILAN DAN KEKIKIRAN
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يَظْهَرَ الشُّحُّ.

‘Di antara tanda-tanda Kiamat adalah tersebarnya kekikiran.’” [1]

Diriwayatkan dari beliau pula, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:

يَتَقَارَبُ الزَّمَانُ وَيَنْقُصُ الْعَمَلُ وَيُلْقَى الشُّحُّ.

“Zaman saling berdekatan, amal berkurang dan kekikiran dilemparkan (ke dalam hati).” [2]

Diriwayatkan dari Mu’awiyah Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَزْدَادُ اْلأَمْرُ إِلاَّ شِدَّةً، وَلاَ يَزْدَادُ النَّـاسُ إِلاَّ شُحًّا.

“Segala urusan tidak akan bertambah kecuali semakin sulit, dan manusia tidak akan bertambah kecuali semakin kikir.”[3]

Kikir adalah akhlak tercela yang dilarang oleh Islam. Islam menjelaskan bahwa siapa saja yang dijaga dari kekikiran jiwanya, maka sungguh ia telah sukses dan beruntung, sebagaimana difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala:

وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“... Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” [Al-Hasyr: 9 dan ath-Thaghaabun: 16]

Diriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhuma, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

اتَّقُوا الظُّلْمَ، فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَاتَّقُوا الشُّحَّ، فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، حَمَلَهُمْ عَلَى أَنْ سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ، وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ.

“Jagalah diri kalian dari kezhaliman, karena kezhaliman adalah kegelapan pada hari Kiamat, dan jagalah diri kalian dari kekikiran, karena kekikiran telah menghancurkan orang-orang sebelum kalian, kekikiran itulah yang telah mendorong mereka untuk saling menumpahkan darah dan menghalalkan apa-apa yang diharamkan bagi mereka.” [4]

Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullah berkata, “Mungkin saja kehancuran di sini adalah kehancuran yang dikabarkan tentang mereka di dunia, karena mereka saling menumpahkan darah, mungkin pula bermakna kehancuran di akhirat, yang kedua lebih jelas, bisa juga maknanya adalah menghancurkan mereka di dunia dan akhirat.” [5]

[Disalin dari kitab Asyraathus Saa'ah, Penulis Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Daar Ibnil Jauzi, Cetakan Kelima 1415H-1995M, Edisi Indonesia Hari Kiamat Sudah Dekat, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
_______
Footnote
[1]. HR. Ath-Thabrani dalam al-Ausath, lihat Fat-hul Baari (XIII/15).
Al-Haitsami berkata, “Perawinya adalah perawi ash-Shahiih, selain Muhammad bin al-Harits bin Sufyan, ia adalah tsiqah.” Majma’uz Zawaa-id (VII/327).
[2]. Shahiih al-Bukhari, kitab al-Fitan, bab Zhuhuurul Fitan (XIII/13, al-Fat-h).
[3]. HR. Ath-Thabrani. Perawi beliau adalah perawi ash-Shahiih (Majma’uz Zawaa-id VIII/14).
[4]. Shahiih Muslim, kitab al-Birr wash Shilah wal Aadaab, bab Tahriimuz Zhulmi (XVI/134, Syarh an-Nawawi).
[5]. Syarah an-Nawawi li Shahiih Muslim (XVI/134).

Artikel: http://almanhaj.or.id/

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan tinggalkan komentar anda di sini!